Air bersih di lingkungan peternakan sering kali dianggap sudah cukup aman digunakan jika tampak jernih dan tidak berbau menyengat. Namun pada kenyataannya, cemaran fisika dan kimia dalam air bersih masih menjadi masalah serius yang sering terabaikan. Padahal air yang tampak jernih belum tentu aman secara kualitas, terutama jika belum diuji secara laboratorium.
Cemaran fisik dalam air umumnya meliputi partikel tersuspensi, lumpur halus, serta warna dan bau yang berasal dari kontaminasi lingkungan sekitar seperti tanah, limbah organik, atau material dari saluran distribusi air. Meskipun tidak langsung membahayakan, partikel ini dapat menyumbat sistem perpipaan, nipple drinker, serta mempercepat terbentuknya biofilm yang menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme patogen.
Sementara itu, cemaran kimia sering kali lebih sulit dikenali tanpa analisa laboratorium. Kandungan seperti besi (Fe), mangan (Mn), kesadahan tinggi (kapur), nitrat, dan bahkan logam berat dapat terlarut dalam air bersih. Jika dikonsumsi oleh ternak secara terus-menerus, zat-zat ini dapat mengganggu sistem pencernaan, menurunkan efisiensi penyerapan nutrisi, serta meningkatkan nilai Feed Conversion Ratio (FCR) sehingga biaya produksi pun meningkat. Selain itu, kandungan kapur tinggi dapat menimbulkan kerak pada peralatan, serta mengganggu kelarutan dan efektivitas vaksin atau obat yang diberikan melalui air minum.
Kualitas air yang buruk tidak hanya berdampak pada kesehatan ternak, tetapi juga pada kinerja peternakan secara keseluruhan. Sayangnya, masih banyak peternak yang belum melakukan pengujian air secara rutin dan melakukan pengolahan air yang tepat. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan kesadaran yang lebih tinggi dari peternak terhadap pentingnya uji laboratorium air berkala, serta penerapan sistem pengolahan air yang sesuai, seperti penggunaan pre-filter dengan media filter khusus untuk setiap masalah.
Dengan memastikan air benar-benar bersih tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara kimia, peternak dapat meningkatkan kualitas hidup ternak, menjaga performa produksi, dan menciptakan sistem peternakan yang lebih sehat dan berkelanjutan.